Tsunami dan Pertemuan Terakhir Dian Dengan Suaminya

Editor.id, Palu – Matanya tampak terus menatap sisa bangunan jembatan yang menghubungkan Jalan Komodo dengan Pantai Talise. Jembatan sepanjang 100 meter ini rubuh pasca gempa dengan magnitudo 7,4 skala richter melanda Palu pada Jumat (28/9) lalu.
 LDi jembatan itu, terakhir kali Dian (38) bersama dengan sang suami, Uman (40)  dan kedua anaknya, Fajar (6) dan Anissa (2).
‘’Kaka (panggilan anaknya yang pertama,red)  pengen main ke pantai. Pengen main mobil-mobilan. Tapi karena di sana di tutup mau ada acara (Pesona Palu Nomomi,red), jadi lewat jembatan ini,’’ujar Dian sambil menunjuk sisa jembatan yang terputus, sabtu (6/10) kepada relawan Amal Mulia asal Kota Bandung.
Sore itu, tepatnya pada pukul 18.00 WITA, dengan membonceng sebuah motor, dia dan keluarganya melintasi jembatan Komodo itu. Baru juga lewat setengah jembatan, mendadak terasa getaran yang sangat hebat.
Motor pun terjatuh. Dia agak tertatih untuk berdiri.
‘’Jembatan langsung rubuh. Saya liat, suami saya langsung memegang kedua anak saya,’’ungkap dia sambil berlinang air mata.
Dan, itulah pertemuan terakhir mereka. Dia jatuh ke dalam laut. Sejurus kemudian, tsunami langsung menerjang.
Seingatnya, ada dua kali terjangan ombak yang begitu besar. Ia tak bisa melihat lagi kemana suami dan anak-anaknya terbawa arus.
Dia pun harus berjibaku dengan arus ombak yang terus menggulung.
‘’Saya dibawa berputar-putar, kebawah keatas. Saya tak ingat lagi,’’ujar dia.
Beruntung, saat terbawa ke atas, ada seseorang yang tengah bertahan diatas pohon langsung meraih tangannya.
‘’Saya memeluk ranting pohon itu,’’ujar dia sambil menunjuk pohon besar yang masih tegak berdiri di samping reruntuhan jembatan.
Menurut dia, kalau ada yang mengatakan tinggi ombak tsunami itu hanya dua meter, itu tak benar.
Gelombang tsunami, ujar dia, hampir sama tinggi dengan pohon kelapa.
Usai bertahan di ranting pohong, dia mengaku berada dalam kondisi setengah sadar.
Badannya luka-luka. Itu terlihat dari bekas luka daan bengkak di sepanjang tangan.
‘’Saat tsunami sudah reda, saya turun dengan kondisi luka-luka. Tanpa ada baju sehelai pun. Kerudung juga entah kemana,’’Jelas dia.
Dia terus berjalan menjauh dari pantai sampai akhirnya ada yang menolongnya. Ia pun dilarikan ke rumah sakit Undata untuk memperoleh pertolongan.
Saat di rumah sakit, ia merasa mual dan memuntahkan pasir yang berada di dalam mulutnya.
‘’Sampai sekarang, hidung saya terus mencium bau menyengat seperti telur asin busuk,’’jelas dia.
Selama hampir tiga hari, dia tak mendapatkan perawatan apapun. Baru pada hari ketiga, ia baru ditangani dan luka-lukanya diobati.
‘’Saya lalu dibawa pulang dijemput kaka ke Kecamatan Napu, Poso,’’ungkap dia.
Meski masih merasakan sakit di sekujur tubuh, ia pun kembali datang ke Pantai Talise.
Ia hanya ingin mencari tahu bagaimana nasib suami dan kedua anaknya.
‘’Saya sangat berharap mereka bisa ditemukan dalam kondisi hidup. Tapi kalaupun ditemukan sudah meninggal, saya sudah ikhlas,’’ujar dia sambil terisak.
Menurut dia, dirinya merupakan orang asli Poso. Sedangkan suaminya merupakan orang sunda, dari Sukabumi.
Dirinya mengaku tak tahu harus mencari kemana ketiga orang yang sangat ia sayangi itu. Tapi, ia tak akan putus harapan. Terutama mengenai masa depan.
‘’Memang sudah begini nasibnya. Saya hanya bisa pasrah,’’pungkas dia.
Sebelum dia melanjutkan pencarian, tim dari Yayasan Harapan Amal Mulia memberinya sejumlah uang untuk bekal mencari ketiga orang yang ia sayangi.
Nasib dia begitu tragis. Tapi, masa depannya masih terbuka luas. Mudah-mudahan, ia masih diberikan kesempatan untuk bertemu dengan orang-orang yang ia sayangi dan menata kembali kehidupan yang lebih baik.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut, hingga Kamis 4 Oktober 2018 pukul 17.00 WIB, jumlah korban meninggal akibat gempa dan tsunami Palumencapai 1.558 meninggal. Selain itu 113 orang hilang, 2.549 orang luka-luka.
152 warga korban tertimbun, 65.733 rumah rusak dan 70.821 warga mengungsi,” tulis BNPB di akun Twitternya.
Derita Dian dan para pengungsi di Kota Palu tidak seharusnya mereka pikul sendiri. Masih banyak saudara satu bangsa yang akan turun tangan membantu Dian dan para pengungsi korban gempa Palu, Kabupaten Donggala maupun Kabupaten Sigi.
Mari kita ulurkan tangan dengan cara menyalurkan donasi terbaik anda melalui rekening Amal Mulia Bencana di Bank Syariah Mandiri
No rek. 2017 00 4037
A.n Yayasan Harapan Amal Mulia Bencana. Mari tebar amal, mari gapai kemuliaan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: