Skandal Pengaturan Skor Sepak Bola Dibongkar

Jakarta, EDITOR.ID,- Skandal besar di tubuh persepakbolaan nasional mulai dibongkar. Tak tanggung-tanggung Mabes Polri menerjunkan dua jenderal berpengalaman dan puluhan perwira menengah sarat prestasi untuk menuntaskan kasus ini.

Mafia sepak bola tersebut telah merusak reputasi persepakbolaan Indonesia. Bau tak sedap mencuat ketika sejumlah tim konon disebut-sebut dalam beberapa pertandingan melakukan perbuatan tak terpuji, pengaturan skor pertandingan. Miris!!!

Satgas pengaturan skor yang dibentuk Polri telah memeriksa sejumlah pihak tak terkecuali para petinggi Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI). Sekjen PSSI Ratu Tisha Destria dan Direktur Utama PT Liga Indonesia Baru (Dirut PT LIB) Berlington Siahaan tak luput dari pemanggilan polisi.

Namun keduanya mangkir dari panggilan pemeriksaan terkait kasus dugaan match fixing atau pengaturan skor dalam pertandingan sepak bola yang dilayangkan Direktorat Tindak Pidana Korupsi Badan Reserse Kriminal (Dittipidkor Bareskrim) Polri, Jumat (21/12/2018).

Dalam agenda pemanggilan, tertulis ‘Jadwal Permintaan Keterangan Dugaan Terjadinya Berupa Penyuapan atau Percobaan Penyuapan Yaitu Memberi atau Menjanjikan Sesuatu Kepada Seseorang Dengan Maksud Untuk Membujuk Orang Itu Berbuat Sesuatu atau Tidak Berbuat Sesuatu.’

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Dedi Prasetyo mengatakan Tisha dan Berlington tidak dapat memenuhi panggilan penyidik pada hari ini karena memiliki kegiatan lain.

“(Tisha dan Berlington) minta minggu depan karena beliau-beliau ada kegiatan,” kata Dedi saat dikonfirmasi lewat pesan singkat, Jumat (21/12/2018).

Meski demikian, lanjut dia, penyidik belum menjadwalkan ulang waktu pemeriksaan Tisha dan Berlington secara pasti. Menurutnya, penyidik akan mengatur waktu setelah mengonfirmasi kedua sosok itu lebih dahulu.

“Nanti akan dikonfirmasi lagi waktu beliau-beliau untuk dapat hadir memberikan keterangan,” kata jenderal bintang satu itu.

Selain menjadwalkan pemeriksaan Tisha dan Berlington, penyidik Satgas bentukan Kapolri Jendral Tito Karnavian juga memeriksa tiga orang lainnya. Mereka Manajer Madura FC Januar Herwanto, Ketua Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) Richard Sambera, dan Sekjen BOPI Andreas Marbun.

Ketiganya telah datang dan selesai memberikan keterangannya terhadap penyidik. Berdasarkan informasi yang dihimpun, penyidik pun telah menjadwalkan pemeriksaan tiga orang lainnya terkait kasus dugaan pengaturan skor di pertandingan sepak bola, pekan depan.

Mereka adalah Sekretaris Menteri Pemuda dan Olahraga (Sesmenpora) Gatot S. Dewa Broto, Chief Executive Officer (CEO) PT LIB Risha Adi Wijaya, dua orang wasit bernama M. Reza Pahlevi dan Agung Setiawan, Ketua Komisi Displin PSSI Asep Edwin, eks anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI Hidayat, serta Kepala Biro Hukum Kemenpora Sanusi.

Brigjen Dedi Prasetyo, menjelaskan pemanggilan tersebut merupakan tindak lanjut perintah Kapolri, sebagai upaya penegakan hukum terhadap pengaturan skor.

“Pemanggilan beberapa orang, hari ini dipanggil lima orang,” ujarnya.

Pemeriksaan terhadap lima orang tersebut merupakan langkah awal dan masih akan berlanjut pada 26-28 Desember 2018.

“Langkah berikutnya nanti pada Rabu, Kamis, dan Jumat juga akan beberapa yang dipanggil, nanti saya sampaikan siapa saja yang dipanggil,” tuturnya.

Sebelumnya kepada penyidik Dittipidkor Bareskrim, manajer Madura FC, Januar Herwanto mengaku pernah ditawar sejumlah uang oleh anggota exco PSSI, Hidayat.

Bermodal keterangan Januar, polisi langsung mendalami dugaan pengaturan skor di dua laga Liga 2 2018 yang mempertemukan PSS Sleman dan Madura FC, baik di babak penyisihan atau babak 8 besar. Januar mengaku pernah ditawari uang untuk mengalah oleh anggota komite eksekutif (exco) PSSI, Hidayat.

Sedangkan laga PSS Sleman dan Madura FC di babak 8 besar Liga 2 2018 didalami karena gol gol bunuh diri bek Madura FC Muhammad Choirul Rifan terjadi setelah salah seorang pemain PSS Sleman terperangkap dalam posisi offside lebih dulu.

“Pemeriksaan berkisar pada babak penyisihan antara PSS Sleman sama Madura FC dan babak 8 besar ketika ada pergantian wasit dan offside yang dipermasalahkan itu,” kata Januar kepada wartawan, di kantor sementara Dittipidkor Bareskrim, Gedung Ombudsman,Jakarta Selatan pada Jumat (21/12/2018).

Di depan penyidik Januar mengaku membuka blak-blakan semua yang dialaminya dalam kasus pengaturan skor pertandingan.

Sebab, dia yakin keterlibatan pihak kepolisian bisa jadi awal diberangusnya praktik pengaturan skor di sepak bola Indonesia. “Ini jadi era baru yang dinanti penikmat bola Indonesia. Saya sangat mengapresiasi pihak kepolisian yang merespon cepat kasus ini,” tambah pria kelahiran Pasuruan itu.

Namun, dia berharap kasus tak hanya berhenti pada Hidayat saja. Januar ingin pihak kepolisian bisa membongkar jaringan pengatur skor di sepak bola Indonesia. “Kami sangat berharap kasus ini benar-benar dituntaskan. Siapa saja dalangnya, berikut jejaring yang jelas mengkhianati sepakbola Indoensia,” tegas pria kelahiran 9 Januari 1969 itu.

Pemangiilan oleh pihak kepolisian ini tak lepas dari pembentukan Komite Ad Hoc Integrity. Di mana PSSI menggandeng Polri untuk memberantas match fixing. Karena itu pemanggilan kepada januar tak dilakukan secara langsung. “Polri memberikan surat panggilan ke PSSI, kemudian pihak PSSI baru menyerahkan panggilan itu ke saya,” tegas Januar.

Karena hal itu, Hidayat kemudian menyatakan mundur dari anggota exco PSSI.

PSSI pun kemudian melayangkan sanksi larangan beraktivitas di sepak bola selama tiga tahun.

Tak hanya itu, Hidayat juga didenda sebesar Rp 150 juta dan tidak diperkenankan memasuki stadion selama dua tahun.

Sebelumnya Kepolisian Republik Indonesia berjanji akan mengusut sejumlah masalah pengaturan skor di sepakbola Indonesia. Di saat bersamaan, Kemenpora juga diguncang skandal korupsi dana Asian Games 2018, (tim)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: