Santri Nahdliyin ini Kawal KPK

Jajaran pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 2019-2023 menjadi kian berwarna. Selain ada jenderal polisi, hakim pengacara juga ada yang berlatar belakang akademisi. Sosok tersebut adalah Nurul Ghufron.

Nurul Ghufron merupakan satu-satunya sosok pimpinan KPK termuda. Sebelum melangkahkan kakinya mengikuti seleksi Capim KPK, pria kelahiran Sumenep, 22 September 1974 ini menjabat Dekan Fakultas Hukum Universitas Jember.

Nurul Ghufron (Sumber Foto: Koleksi Pribadi di Facebook)

Namun yang cukup menarik, selain sebagai dosen, Wakil Ketua KPK yang baru Nurul Ghufron berlatar belakang sosok santri Nahdliyin. Bahkan putra Sumenep Madura ini dikenal sangat aktif sebagai aktifis NU strukutral.

Namanya masuk di deretan Dewan Ahli Pengurus Cabang (PC) Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Kabupaten Jember.

Di luar itu, Ghufron juga menjadi Ketua MATAN (Mahasiswa Ahli Thariqah Annahdliyah) Cabang Jember.

Tak jarang, Ghufron memfasilitasi kegiatan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU)-Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) dan kegiatan kaum Nahdliyin seperti pengajian, dakwah dan acara lainnya.

Nurul Ghufron mengungkapkan rasa syukurnya kepada Allah atas keterpilihan dirinya sebagai salah seorang pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK periode 2019-2023.

Nurul Ghufron (Sumber Foto : Facebook @Nurul Ghufron)

Baginya, jabatan yang baru diembannya adalah merupakan amanah yang harus dilaksanakan dengan sebaik mungkin.

Karena itu, salah satu ahli hukum pidana Universitas Jember ini berharap dukungan semua pihak dalam memberantas korupsi. Sekuat apapun, KPK tak mungkin berhasil tanpa bantuan dan dukungan masyarakat.

“Terima kasih kepada sahabat semuanya serta semua pihak, mohon doa dan dukungannya semoga amanah dalam mencegah dan memberantas korupsi,” kata Ghufron di grup WhatsApp Pengurus Cabang (PC) Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Jember, Jumat (13/9/2019) dini hari.

Menurut Ghufron, korupsi di Indonesia sudah mendarah daging dan menggurita di hampir semua institusi. Karena itu, tidak bisa setengah-setengah dalam memberantasnya. Namun yang juga penting dilakukan bahkan diprioritaskan adalah pencegahan tanpa meninggalkan unsur penindakan.

“Caranya adalah kita bangun kesadaran masyarakat bahwa korupsi itu musuh bersama. Jangan sampai ada yang berteman dengan koruptor,” ungkapnya.

Tidak hanya itu, pria yang banyak belajar di pesantren ini juga tidak lupa mohon ridla kepada segenap sesepuh, pinisepuh, masyayikh, kiai, gus, para ustadz dan segenap jamaah NU agar dirinya diberi kekuatan untuk menjalankan tugas yang sangat berat itu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: