Prostitusi Marak di Apartemen Kalibata City, Pengelola Terlibat?

EDITOR.ID, Jakarta – Prostitusi menjadi momok yang sulit diberantas di Apartemen Kalibata City, Rawajati, Pancoran, Jakarta Selatan. Sepanjang 2018 saja, paling tidak polisi sudah empat kali membongkar praktik prostitusi di tempat itu. Namun bisnis ilegal ini tetap saja langgeng.

Terakhir kali, polisi menggerebek satu unit apartemen di Tower Flamboyan lantai 21 pada 2 Agustus 2018. Dalam penggerebekan itu, polisi menjaring 32 orang yang tujuh di antaranya masih anak-anak. Tiga orang ditetapkan sebagai tersangka, yang satu di antaranya bertindak sebagai muncikari dan dua lagi sebagai broker yang menyewakan unit apartemen.

Lurah Rawajati Rudi Budijanto mengatakan prostitusi di Apartemen Kalibata City terjadi karena banyak unit apartemen yang disewakan secara harian. Jumlah unit yang disewakan itu mencapai 70 persen dari 13 ribuan hunian yang berada di 18 tower apartemen. Unit-unit yang disewakan itulah yang ditengarai disalahgunakan untuk prostitusi. “Itu yang membuat banyak penyimpangan,” katanya, Kamis, (9/8/2018) sebagaimana dilansir dari Tempo.co

General Manager Kalibata City Ishak Lopung membenarkan banyak unit apartemen yang disewakan melalui agen atau broker. Jumlah broker di tempat itu lebih dari 30 orang. Namun jangka waktu sewa-menyewa tidak boleh kurang dari tiga bulan.

“Harian tidak boleh,” ucapnya. Jika ada broker yang menyewakan harian, kata dia, bakal diberi sanksi dengan mematikan unitnya untuk transaksi sewa.

Satu broker, kata dia, ada yang mengelola belasan hingga 300 unit hunian di Kalibata City. “Kami akan kumpulkan kembali broker agar mereka tahu rule-nya, bahwa tidak boleh disewakan harian,” ucapnya.

Namun, berdasarkan pengakuan seorang broker yang ditemui Tempo, penyewaan unit secara harian itu memang ada. Harga sewa Rp 300 ribu hingga 400 ribu per hari. “Setiap tower ada brokernya,” kata broker yang tidak mau disebut jati dirinya ini.

Para broker ini tidak secara langsung terlibat dalam bisnis prostitusi. Namun umumnya mereka tahu jika unit yang disewa itu digunakan untuk bisnis seks. “Pastilah, masak, sih enggak tahu?” kata Rosa, penghuni yang tinggal di Tower Cendana. Rosa yakin prostitusi masih tetap marak di Apartemen Kalibata City meski tempat itu baru saja digerebek polisi.

Untuk membuktikan dugaan itu, Tempo menelusuri bagaimana bisnis haram itu bisa berjalan di Kalibata City. Untuk mendapat memesan perempuan penghibur, komunikasi dilakukan melalui aplikasi percakapan berupa WeChat, BeeTalk, dan KakaoTalk.

Pada Kamis, 9 Agustus 2018, sebuah aplikasi WeChat diunduh dengan menggunakan salah satu fiturnya yang bernama People Nearby. Fitur ini dapat mendeteksi akun-akun WeChat lain yang berada sekitar tempat itu.

Dari fitur tersebut ditemukan akun-akun dengan foto profil perempuan berpakaian minim. Di samping kolom nama penggunanya, terdapat status yang mayoritas bertuliskan “open BO”. Istilah itu untuk menunjukkan wanita penghibur dalam status booking online atau booking order yang dapat dipesan secara daring.

Tempo kemudian menghubungi salah satu wanita berinisial NS. Pemilik akun merespons dan memberi tahu lokasinya yang berada di lantai 4 Tower Borneo, Kalibata City. Ia menawarkan tarif Rp 600 ribu untuk short time dan Rp 800 ribu untuk long time. “DP (down payment) minimal 50 persen untuk booking time dan sewa room. Long 6 jam short 3 jam,” kata NS melalui WeChat.

Saat disinggung masalah keamanan, NS menjamin tidak akan ada penggerebekan. Alasannya, tempat yang disediakan berada di lokasi “aman” karena tercantum dalam data pemasaran Kalibata City dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai tower resmi untuk keluarga. “Iya (bebas dari penggerebekan). Keamanannya lebih ketat,” ujarnya.

Untuk petugas keamanan, kata NS, sudah dia tangani dengan “uang rokok”. “Itu udah urusan gue kalo handle security,” katanya.

Direktur Reserse Kriminal Umum Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya Komisaris Besar Nico Afinta curiga langgengnya prostitusi di Apartemen Kalibata City karena ada campur tangan pengelola. Guna memastikan kecurigaan itu, polisi berencana memeriksa pengelola dan pemilik unit apartemen. “Kalau terbukti, tidak lagi sekadar peringatan, tapi kami proses secara hukum,” kata Nico.

Ishak Lopung menegaskan pengelola apartemen tidak terlibat dalam bisnis prostitusi. Pengelola bahkan aktif berkoordinasi dengan kepolisian untuk mencegah pelanggaran itu. “Sebelum pengungkapan kemarin (2 Agustus), kami berkoordinasi untuk pemberantasan prostitusi,” ujarnya.

Pengelola apartemen, menurut Ishak, juga telah memberi data agen properti yang dibutuhkan polisi. Sebagian agen properti Apartemen Kalibata City diduga menyewakan unit apartemen secara harian untuk kegiatan prostitusi. “Bukan orang dalam yang terlibat. Itu broker. Kami kan enggak ada kaitannya sama sewa-menyewa,” kata Ishak. (tim)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: