Prabowo-Sandi Minta Jokowi Perbaiki Nilai Tukar Rupiah

EDITOR.ID, Jakarta,- Pasangan bakal calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto-Sandiaga Uno mengkritisi pemerintahan Joko Widodo yang tak kunjung mampu meredam merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar. Kubu Prabowo-Sandi menuding penurunan rupiah berdampak kenaikan harga bahan-bahan pokok dan memberatkan rakyat.

Jokowi diminta Prabowo-Sandi mengambil langkah konkret untuk memperbaiki perekonomian nasional. Salah satunya, terkait dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.

Sejumlah langkah perbaikan itu di antaranya adalah dengan mengurangi impor pangan dan sejumlah barang, serta mengurangi pos APBN dan APBD untuk kegiatan yang bersifat seremonial.

“Pemerintah perlu lebih waspada dan mengambil langkah-langkah konkret untuk mengatasi keadaan yang dihadapi,” kata Sandiaga saat membacakan pernyataan sikap terhadap kondisi ekonomi nasional di Kertanegara, Jakarta, Jumat (7/9/2018).

“Pertama mendayagunakan ekonomi nasional untuk mengurangi impor pangan dan impor barang konsumsi yang tidak urgen, dan barang mewah yang ikut mendorong kenaikan barang-barang pokok. Mengurangi secara signifikan pengeluaran APBN dan APBD yang bersifat konsumtif, seremonial, dan tidak mendorong penciptaan lapangan kerja,” kata Sandi melanjutkan.

Menurut Sandiaga pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS memberatkan perekonomian nasional karena bisa memicu kenaikan harga kebutuhan pokok.

Salah satu yang akan merasakan dampaknya adalah rakyat kecil. Sebab, kata Sandiaga, harga makanan keseharian rakyat kecil seperti tahu dan tempe otomatis ikut mengalami kenaikan.

Sandi pun menyatakan pelemahan rupiah disebabkan oleh lemahnya fundamental ekonomi Indonesia.

Kata dia ada dua faktor pemicu, yakni faktor defisit neraca perdagangan dan defisit transaksi berjalan (current account), dan faktor manufaktur. Terkait manufaktur ini Sandi menyebut sektor manufaktur mengalami penurunan atau masih di bawah pertumbuhan ekonomi.

“Sektor manufakturing yang pernah tumbuh hampir sampai 30 persen dari PDB kita pada 1997, sekarang tinggal 19 persen dari PDB kita. Hal ini tentu mengganggu ketersediaan lapangan kerja dan ekspor kita,” ujar Sandiaga. (tim)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: