Novel dan Taliban di KPK, Siapa Bermain?

Sumber Foto: Matranews.id

Isu adanya kelompok “Taliban” pada tubuh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kembali jadi bahan perbincangan hangat di masyarakat. Kabar tersebut mencuat saat mahasiswa PMII dan HAMI menggelar aksi demo di depan Gedung KPK Jumat 20 September silam. Dalam aksinya massa tiba-tiba meneriakkan tudingan Taliban.

Kedua kelompok ini percaya pada isu yang beredar mengenai adanya kelompok Taliban pada lembaga antirasuah. Maka dari itu, massa menuding adanya “polisi Taliban” dalam tubuh pegawai KPK.

Benarkah Ada Faksi Taliban di KPK?

TM Mangunsong SH seorang praktisi Hukum dalam artikelnya di media online Tribunnews menyebut ada faksi-faksi di tubuh KPK. Satu Faksi dinamakan “Taliban” dikonotasikan sebagai Novel Baswedan and the gang, yakni penyidik KPK yang berasal dari Polri, namun kemudian mereka membelot dan tidak setia lagi kepada institusi asalnya. Kacang lupa kulitnya.

Faksi inilah yang diduga sempat menjadikan Budi Gunawan sebagai tersangka suap saat hendak mencalonkan diri menjadi Kepala Polri sehingga kemudian gagal.

Di seberang, ada faksi “India”, yakni para penyidik KPK dari Polri yang masih setia kepada institusi asalnya, sehingga mereka masih bisa di-“remote control” oleh Polri. Faksi “India” inilah yang diduga terlibat dalam kasus penyobekan buku Merah di KPK.

“Gesekan antara faksi “Taliban’ dan faksi “India” di KPK mencapai puncaknya pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Faksi “Taliban” diduga mendukung Prabowo Subianto, sedangkan faksi “India” diduga mendukung Jokowi,” sebut Mangungsong yang juga Ketua DPC Peradi Jakarta Pusat.

Kini, setelah revisi UU KPK disahkan DPR, akankah faksi “Taliban” tersingkir dari KPK? Kita tidak tahu pasti. Yang jelas, isu adanya faksi “Taliban” dan faksi “India” di KPK tampaknya bukan isapan jempol belaka.

Sebab itulah, Presiden Jokowi merasa perlu “menertibkan” KPK agar di dalamnya tidak ada faksi-faksi lagi. Salah satunya dengan revisi UU KPK itu.

Jika Jokowi tak melihat gelagat atau mencium aroma sangit di KPK ada faksi-faksi, mungkin tidak akan secepat itu ia menyetujui revisi UU KPK yang disodorkan DPR. Pasalnya, pada 2016 Jokowi pernah menolak usulan revisi KPK yang diajukan DPR.

Jadi, tak akan semudah itu meyakinkan Jokowi bila memang tidak ada sesuatu yang genting di tubuh KPK.

Akankah faksi “India” kemudian menang di KPK, menggantikan dominasi faksi “Taliban”?

Sementara itu Pegiat media sosial, Denny Siregar, yang menjadi host dalam acara Timeline yang diunggah akun YouTube Cokro TV, juga menuding ada polisi “Taliban” di dalam tubuh KPK.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: