Menteri Yasonna Raih Gelar Profesor, Ini yang Diteliti

EDITOR.ID, Jakarta,- Luar biasa. Disela kesibukannya sebagai pembantu Presiden, Menteri Hukum dan HAM Yasonna Hamonangan Laoly masih sempat belajar dan meraih jabatan tertinggi akademik, Guru Besar Ilmu Kriminologi di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian. Setelah meneliti Soal Kejahatan Internet, kini Yasonna bergelar Profesor.

Pria kelahiran Tapanuli Tengah, 27 Mei 1953 ini meneliti soal fenomena cyber bullying, cyber victimization pada saat kampanye Pemilihan Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) dari September 2018 sampai April 2019 lalu.

Hal ini disampaikan Yasonna H laoly saat memberikan Pidato Orasi Pengukuhan Guru Besar Ilmu Kriminologi dengan judul ‘Dampak Cyber Bullying Dalam Kampanye Terhadap Masa Depan Demokrasi di Era 5.0’, di depan Rapat Senat Terbuka Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK), Rabu (11/09/2019)

“Internet, khususnya dalam platform media sosial, telah digunakan untuk menyebarkan hoaks, yang tidak lain ialah gejala cyber bullying,” kata Yasonna.

Yasonna mengandaikan internet seperti pisau bermata dua. Oleh karena itu ia mengajak setiap pengguna internet untuk lebih bijak menggunakan media sosial memasuki momentum era society 5.0, yaitu era memanusiakan kembali manusia di hadapan teknologi digital.

Yasonna berharap hadirnya era society 5.0 juga membantu manusia-manusia, termasuk di Indonesia lebih bijak dalam menggunakan teknologi internet.

Dengan begitu, era demokrasi digital bisa digunakan untuk mengampanyekan hal-hal baik dari praktik berdemokrasi.

Dan di kemudian hari, demokrasi bisa diolah menjadi modal sosial membawa energi positif memajukan, memakmurkan dan menyejahterakan bangsa dan negara.

“Pada kesempatan ini izinkanlah saya mulai mengkampanyekan: Save Democracy #medsostanpabully,” tutur Ketua DPP PDI Perjuangan ini dalam menyampaikan orasinya.

Prof Yasonna H Laoly M.Si, PhD

Menurut Yasonna, fenomena political cyber bully dan cyber victimazation telah mendorong atau menjerumuskan pesta demokrasi kita ke dalam kubangan cyber bullying dan cyber victimization. Masa kampanye kemarin ricuh dengan political cyber bullying

Ada perang meme, tweet war, dan komentar-komentar tendensius menjatuhkan lawan yang membuat suasana politik jadi panas.

Yasonna H. Laoly mengatakan akibat menggejalanya cyber bullying dan cyber victimization, pesta demokrasi yang harusnya menjadi pendidikan politik dan sarana rekrutmen putra-putri terbaik bangsa turun kualitas menjadi malapetaka sosial karena menciptakan polarisasi keras di tengah masyarakat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: